Tentang Saya

Rabu, 24 Februari 2016

Gunung Guntur

Ini pendakian saya yang ke-3, di tahun 2016, masih tetap di Garut. Biasanya urutannya begini : Papandayan - Guntur - Cikuray, sesuai dengan tingkat kesulitan, tapi karena menyesuaikan dengan jadwalnya Setapak, saya jadi Papandayan -  Cikuray - Guntur, 3 gunung dalam 2 bulan, seru kaaan ?!

Hari ke-1

Sabtu dini hari jam 1 tanggal 20 Februari 2016, berangkat dari rumah ke arah Cilenyi, dan bertemu team Setapak dari Jakarta di depan RS AMC. Untuk memudahkan pulang, saya bawa motor dan parkir di parkiran RS itu. Situasi di sekitar Cilenyi seperti biasa ramai di tengah malam, bertemu juga dengan konvoi sepeda motor yang akan touring. 

Sabtu masih dini hari jam 3an, bentar banget sampai ke daerah Tarogong, bebas dari kemacetan akhir pekan yang 5 tahunan ini jadi rutin mewarnai Garut. Belanja sedikit tambahan di minimarket depan SPBU Warung Tanjung, lalu lanjut ke arah base camp. 
Sampai di lokasi base camp, duduk-duduk setengah tiduran, rehat dulu sebelum memulai pendakian. Setelah sholat subuh di mushola dekat situ, warung itu membuat saya terkejut. Jadi ingin makan nasi pagi-pagi, karena wangi ayam goreng dari "piring" teman-teman. Nah ada terkejut susulan, karena ternyata ayam gorengnya enak dengan harga super heran: Nasi + ayam goreng + sambal goreng kentang + teh manis, cuma 10 ribu saja ;) , murah pake banget kan ya. Di kampus saja ga bakalan dapat harga segitu. Jadi ada catetan baru untuk saya, jangan menilai makanan dari warungnya, oke ?!
Jam 7an, beres mandi, siap-siap berangkat dan memulai pendakian, diantar sepatu baru tuuh ...


Di depan Pos 1. Dekat penambangan pasir. Saat daftar untuk pendakian. Kondisi cuaca sudah berasa panas. 


Setelah melewati penambangan pasir yang buat muka berasa panas, lalu kutemukan surga itu, pepohonan rimbun dan ada hammock ! BIlang permisi dan mau nyoba hammocknya, pemilik warung dengan ramah mempersilahkan saya.

Nyaman banget loh, ada angin semilir dari sekitar pohon. Ga nyangka jarak puluhan meter dari situ ada penambangan pasir yang gersang.


Rehat di sini, warungnya murah, ada penjual yang ramah, dan tempat duduk yang nyaman. Naiknya jadi ga niih ? apa keburu betah di situ ... 


Trek yang semula pasir, menjadi trek teduh di antara pepohonan, lalu berubah menjadi trek tanjakan batu yang terjal ! Pemandangan Hamparan Kota Garut sudah bisa dilihat di belakang. Berpegangan ke batu lalu menginjak batu, begitu terus sampai di Pos 2. Mau berjalan tegak berasa ditarik ke belakang, seperti (biasanya) saya bawa beban kebanyakan nih. Treking pole saya titip teman, supaya dua tangan bisa pegangan ke batu. 


Saat lelah eh ga lelah sebenarnya, cuma nafas harus diatur supaya tidak terengah-engah apalagi bawa beban dosa carier gede. Katanya pernah ada seorang gadis pendaki yang pingsan di jalur itu, jadi lebih baik mendaki dengan tenang, jangan lihat batu yang terlalu dekat dengan jurang, curam loh, apalagi kalo (masih) takut ketinggian.




Saya nyangkut dulu di batu, duduk rehat menghalangi jalan orang lain, hehe ...  Menikmati pemandangan Garut yang indah, kalo orang Garut yang ganteng ada tuh di rumah.

Naah dari Pos 2 ke Pos 3, treknya berubah lagi, jalan tanah yang terjal. Pake treking pole lagi, biar kubagi beban (di punggung) ini.


Saya sudah mendekati Pos 3. Di sini agak landai jika dibandingkan sebelumnya. Di pos 3 ini kita boleh kemping, dan dekat dengan sumber air. Aneh kan, gersang tapi ada sumber air, nah di Gunung Cikuray yang rimbun, malah jauh dari sumber air. 3 jam perjalanan ke pos 3 banyak diselingi rehat dan foto-foto, namanya juga pendakian santai, bukan perlombaan mencapai puncak, jadi nikmati saja perjalanannya. 


Ini sumber air dekat Pos 3, Sungai Citiis. Saya inginnya nyebur cuma sayang baju, kan nambah berat kalo pulang bawa baju basah. 


Kemping di (dekat) situ, saya makan apa itu ? Puncaknya Gunung Guntur ada di belakang saya. View nya cakep banget dah. Kata penjaga di situ, babi hutan yang sering mampir ke area kemping sudah meninggal, eh apa ketembak ya. Jadi cerita babi hutan yang suka nyeruduk ke tenda, mungkin berakhir di situ. 



Hari ke-2 

Esok harinya Minggu, tanggal 21 Februari 2016, jam 4 kurang mau summit attack, agak siang ya. Banyak rehat juga, trek menuju puncak bisa dilihat ? Nikmati jalurnya, dilarang ngomel kalo naik 1 langkah, merosot 1/4 langkah, fokus melangkah daripada jatuh. Jalurnya luar biasaaaa sodara-sodara .... lihat ke belakang tuur eh lutut bisa ujug-ujug ngaruy. 


Sepertinya ini kemiringan 45-60 derajat ya. Lihat Gunung Cikuray di kejauhan sana, saya saja masih ga percaya bisa ada di puncak gunung itu 3 minggu lalu. Saya mah da apa atuh, cuma berasa pernah jadi  1 titik di antara besarnya gunung, ciptaan Sang Khalik. Malu kalo ada (masih) ada rasa sombong saat berjalan di muka bumi. 


Setelah hampir 2 jam sampai juga di Puncak Bayangan. Mentari masih tertutup awan. Saya suka loh foto yang di bawah ini, berasa jauh panineungan, bukan ngalamun, heu ... Saya sedang bersyukur, semalam di tenda, kesampaian satu cita-cita saya yaitu bisa baca doa khatam Qur'an saat naik gunung. Rasanya dalam banget, menyentuh hati menghujam jantung, mengguncang tulang, hingga saya menangis (bukan sedih), terpaksa saya menepuk-nepuk bahu sendiri ... lebay. Pengalaman batin tiap orang kan beda-beda eaaa ... 

Saya di Puncak Bayangan, di antara siluet Gunung Cikuray dan Galunggung. Itu jaket baru ikut nampang, bukan pamer, saya mah bawaannya seneng aja kalo dapat barang bagus tapi murah, dan berfungsi maksimal.


Saya di Puncak 1, di depan kawah Gunung Guntur. Kawah yang "tertidur" hampir 200 tahun. FYI, Gunung Guntur ini masih aktif. Kawah ini ada di gambarnya Junghuhn, ilmuwan naturalis Eropa yang jatuh cinta dengan gunung-gunung di Pulau Jawa. Hayooo, dia jatuh cinta, masa saya nggaaak ?!


Berkibarlah benderaku di Puncak 1. Saya ga pernah menaikkan bendera, tapi memegang bendera di atas gunung, rasanya gimanaaaa gitu, bangga banget Indonesia begitu cantik. Indonesia yang cantik, saya mah cuma manis :p


Ini kawah Gunung Guntur 


Saya masih di Puncak 1, latar belakang Puncak 2 Gunung Guntur.


Naah karena tanggung sudah sampai situ, dan ada teman yang juga sama berniat ke Puncak 2, alhamdulillah bisa bareng ya Dek. Teman-teman yang lain mau menunggu di Puncak 1. Saat mencapai Puncak 2, eh di belakang saya ternyata masih ada Puncak 3 dan 4. 


Ucang angge di tanda titik GPS Gunung Guntur. Titik GPS ini dibuat oleh Geodesi ITB. Senang banget saya pernah ada di titik itu.


Lihat indahnya pemandangan di Gunung Guntur, bisa dilihat kalo sudah naik ke Puncak 2 ke arah Puncak 3. 


Karena cuma niat ke Puncak 2, lalu kembali ke Puncak 1. Pulangnya turun ke area kemping, karena terlalu curam, tiap melangkah saya jadi jatuh, yah mendingan meluncur jadinya, di situ jalur meluncur, jarak beberapa puluh meter dari jalur naik. 


Siap-siap main perosotan di pasir berbatu, asik banget. Gerak sedikit meluncurnya bermeter-meter. Posisi gaiter masih utuh di celana dan sepatu.


Setelah melalui setengah jalur perosotan, hasilnya ya begini. Gaiter nyengsol karena celana robek, pasir berbatu pun masuk sepatu, ajeb pan ...  ujung treking pole entah dimana lepasnya :D


Sampai di tenda, turun sekitar 1 jam kurang dari Puncak 1. Tanggung kalo ganti baju, jadi cuma bersih-bersih lalu siap-siap pulang. Celana robek tetap dipake lah ,,, amanlah pake pelapis dalam. 

Ini Sungai Citiis setelah hujan, cuma suara air yang mendominasi. Damai terasa. 


Sampai di penambangan pasir Gunung Guntur. Tandanya sudah dekat dengan base camp, bekas hujan terlihat di tanah yang basah. Saya kembali membayangkan enaknya ayam goreng.  


Turun gunung, tuh gunungnya ada di belakang saya. Alhamdulillah saya diberi nikmat sehat hingga bisa melangkah ke sana. 


Sampai di base camp, saya ga kebagian ayam goreng, hwaaaa ingin nangis guling-guling .... jadinya pesan nasi goreng. Makanan apa saja terasa enak kalo naik gunung mah.

Selasa, 02 Februari 2016

Gunung Cikuray


Ini pendakian kedua setelah saya jatuh cinta naik gunung. Iya, sepulang dari Gunung Papandayan di awal Januari 2016, pas ulang tahun ke-40, saya jadi penasaran dengan gunung lainnya. Pantesan Junghuhn menulis "Keinginanku adalah untuk bersegera mendaki dan mengalami suatu hari ketika aku akan bisa berseru : Aku menyambutmu wahai gunung-gunung". Junghuhn ? iya Junghuhn, ilmuwan asal Jerman yang banyak meneliti kondisi alam Pulau Jawa tahun 1800-an. Di pelajaran Biologi sekolahan, masih ingat tentang pembagian iklim berdasarkan ketinggian dari permukaan laut, karena beliau banyak mengamati gunung-gunung di Tanah Jawa. Dia cinta Bandung, akupun betah di Bandung, aiih ... 

Nah nah nah, setelah diijinkan suami untuk naik lagi, eh tadinya daftar mau naik Manglayang aja dekat Bandung, da saya mah pemula jangan yang susah didaki, ternyata jadwal Trip Setapak ke Manglayang tidak jadi, dialihkan ke Gunung Cikuray. Cikuray ???!! OMG itu gunung yang bentuk kerucutnya siga aseupan di belakang rumah Mertua di Cilawu Garut. Pantesan saya suka terpukau dengan gunung itu. Dikira mau jalur Pemancar di Cilawu, ternyata Jalur Bayongbong. Setelah googling, Jalur Bayongbong, ajib-ajib gitu, jalur paling pendek tapi paling terjal katanya, googling berikutnya ko nemunya kismis di Cikuray ya ?! Ah abaikan saja, padahal ikutan merinding  ... 

Jumat, 29 Januari 2016 tuh kok ya seharian teu puguh dari pagi. Jam 11an janji mau ke tempat rental perlengkapan naik gunung, tutup karena jumatan, nunggu lama samabil makan siang. Jam 12.45 baru beres, angkut perlengkapan ke kantor, trus saya ada acara rapat jam 13an sampe sore. Yang di tempat rental malah nanya, beneran Ibu mau naik Cikuray ?! Lah masa jadi ciut nyali, padahal ijin suami sudah didapat, jawab aja beneraaaan saya mau ke sanaaa ....

Pulang kantor, anak rewel plus ada gunungan baju harus segera disetrika. Daripada acara main malah keingetan kerjaan rumah tangga akhirnya, diselesaikan juga. Ih baru packing jam 21an, matak bete. Mau tidur, tanggung takutnya ketiduran bablas sampai pagi. Jadinya jam 23 baca-baca aja.

Sabtu, 30 Januari 2016.

Jam 24 eh 00, naik taksi ke Cileunyi, mau nunggu rombongan Setapak dari Jakarta. Nunggu di Indomaret Cileunyi, belanja trus numpang ngecharge HP ,,,, mereka datang terlambat karena macet dan saya belum tidur. Jadi ditanyain orang, ada emak-emak mau kemana bawa carrier gede begitu. Saya niat mau tidur begitu masuk mobil, dan saya ga bisa tidur selama menunggu. Beda dengan rombongan waktu ke Papandayan yang semuanya jaim sebelum sampai lokasi, rombongan yang ini mah rame semua, full musiknya berhasil membuat saya tidak bisa tiduur, horeee ... berharap bisa tidur saat sampai di basecamp, harapan yang ternyata salah banget sodara-sodara ...

Tahu kenapa? nah gara-garanya sepele banget, setelah membereskan bawaan di basecamp Tartal saya ke Mesjid. Sholat Subuh sebelum istirahat dan siap-siap mendaki. Naaah, masjid yang itu tipikal banget mesjid di tanah Priangan jaman dulu, ada kulah (kolam kecil) di dekat pintu masuknya. Saya bingung masuk mesjid karena pintu utama ditutup, jamaah yang lain tampak memasuki mesjid dengan menginjak kolam, baca sekali lagi MENGINJAK KOLAM ! Kolamnya tampak dangkal dan aman. Saya pun mengira begitu, ingatnya mesjid At-Ta'awun di Puncak sana, kita masuk mesjid dengan menginjak jalan yang berair, cuma ini versi butek, ga sejernih air di At-Ta'awun. Dengan fulll semangat untuk sholat, lalu kuinjak kolam itu, salahnya terlalu tengaaaaahhh ,,, lalu jebuuurrrr .... huaaaaah hahahaha ternyata dalam. Kaget banget, baju yang mau dipake mendaki pun basah, begitu pula nasib tas slempang, mukena dan jaket, jejejejeje ... aya-aya wae. Daripada balik ke basecamp, mendingan sholat dengan kondisi baju basah, palingan kayak dulu kalo berenang di laut, sholat di perahu juga basah-basahan. Apakah jamaah lain mendengar ada yg kejebur?! Entahlah, mudah-mudahan mereka sholatnya khusuk :D

Lanjut niat tidur ? ya tidaklah sodara-sodara, kudu mandi subuh dan ganti baju berlumpur itu. Baju kotorharus dikemanain coba. Nah setelah beres mandi dan ganti baju, mata sudah ga tahan untuk segera terpejam, tuntutan fisik yang harus dipenuhi haknya ,,,, lalu saya ke saung basecamp, mau tidur, eeehhhh "lapak" yang mau dipake tidurku keburu dipake orang lain!! Musnah sudah harapan untuk tidur, akhirnya ngopi dan menghangatkan perut sebelum berangkat. Belum mendaki sudah begini alur ceritanya ya, hiks menyedihkan ,,,, Saya istigfar dulu, baca Qur'an dulu. Bismillah, semoga dimudahkan semuanya .... ajaib, tiba-tiba baju kotor pun ditawari penjaga Basecamp Tartal untuk dicucikan istrinya. Kabar baik ...

Jam 7an, siap-siap mendaki, ini di depan basecamp Tartal Cintanagara, Bayongbong, jaket basaaaaah kubawa juga, ga bawa cadangan, kumaha atuh ...



Nah, ini perhentian pertama, eh rehat pertama sebelum ke Pos 1. Masih kagak enak perasaan, nelpon-nelpon dulu ya.



Niatkan tekad untuk mendaki, lihat indahnya alam pedesaan di lereng Gunung Cikuray. Hamparan lahan pertanian indah dipandang mata.


Penampakan Gunung Cikuray, si kerucut, dari dekat Pos 1. Di Pos 1 ada tulisan gini : "TIDAK SIAP MENDAKI, SILAHKAN MUNDUR SEKARANG JUGA", 
beuh ....  Pos 1 tempat registrasi.


Ini perjalanan dari Pos 1, melalui kebun sayuran warga. Ada kol, tomat, kentang, cabai. Ada hijau dimana-mana, sampe ingin melalap langsung :p 


Naik-naik ke Puncak Gunung Cikuray, lewati Tanjakan Ombing 1 dan 2 yang tanahnya empuk-empuk gimana gitu. Diiringi rinai gerimis, bikin galau mau pakai jas hujan apa tidak, gegara bawa air banyak, kalo maksa pake jas hujan tebal malah tambah susah bergerak. Jadi nyesel kenapa ga bekal jas hujan sekali pakai, biar ringan. 

 Karena ada peserta lain yang kakinya kram, dan tidak mungkin memaksakan, akhirnya pasang tenda di Pos 3 Kandang Bagong. Di saat senja datang, masih bisa melihat sunset dari celah-celah pohon. Matahari seakan mendekap Gunung Papandayan di ufuk barat sana, uhh. Wangi pohon, rumput dan tanah basah, suasana jadi terasa damai. 
Kedamaian terusik karena tenda kena bocoran air, bangun aja nunggu magrib. 


Euh setekor-tekornya saya kurang tidur, tetap saja saya ga bisa tidur sore. Perjuangan panjang untuk segera dini hari. Abis sholat, saya tidur tapi bangun tiap 30 menit, merasakan badan merosot karena lantai tanah untuk pasang tenda tidak rata, narik badan lalu tidur lagi, merosot lagi, begitu terus, tetesan air kena juga ke sleeping bag, jadi senang banget begitu jam menunjukan jam 2 pagi !

Minggu, 31 Januari 2016
Sepanjang malam itu tidak menemui hal aneh, kismis maksudku,  Alhamdulillah.  
Jam 3an pagi, sudah minum hangat. Lalu minum shake Herbalife, sarapan dini hari.

Dari Pos 4 ke Pos 5 itu Lewati Tanjakan Roheng, ajegileee cakep banget itu tanjakan. untungnya gelap, jadi ga bisa lihat lingkungan seluruhnya, cuma fokus untuk nanjak dan nanjak dan nanjak. Pegang akar pohon, peluk pohon, injak akar, seru, awas kepleset. Hingga sampai di Pos 5 Plesetan, sholat subuh dulu di ketinggian 2.535 mdpl. Puncak mana puncak ??!! Ayo lanjutkan perjalanan, hehe ...   


Sampai di Pos 6 Sanghiyang Bengkonang 2.619 mdpl, sudah kemringetan pake banget. Langit mulai terlihat biru. Abaikan penampilan, sapa juga yang mau lihat, hahaha ... 


Masih menanjak dari Pos 6 menuju Puncak Cikuray. Langit sudah terang. Saat lelah terasa, lihat di sebelah barat sana, Gunung Papandayan dan awan berarak terlihat indah. Subhanallah. 


Alhamdulillah, sampai juga di ketinggian 2.821 mdpl. Dinginnya udara menusuk tulang, gegara jaket basah, saya tinggalkan jaket di tenda. Badan harus terus bergerak agar tidak kedinginan. 


Banyak tenda di sini. Pendaki banyak yang kemping di sini, cuma kebayang aja gimana bawa carrier dari Pos 3 ke pos 6 ya. 


Foto bareng dengan rombongan Setapak Adventur. Open trip gini nambah teman, muda semua ya ? emak-emaknya saya doang. 



Lautan awan berarak di bawah.


Abaikan baju kotor setelah merayap-merayap itu, kotor itu baik asalkan sampai di Puncak Gunung, ya kan ya kan ....


Ini shelter di Puncak Gunung Cikuray. Seberapapun seringnya itu shelter dicat, katanya selalu jadi sasaran vandalisme, ya sudahlah, mungkin mereka kurang bisa mengekpresikan diri di tempat lain.


Mau manjat shelter itu susah, ga ada tangga. Abaikan keinginan nongkrong di atas shelter.


Latar belakang arah utara, kita bisa lihat Gunung Guntur, Gunung Manglayang, Tangkuban Parahu, Burangrang, dari sini. Arah Timur, bisa lihat Gunung Ciremay dan Slamet. 


Melihat arah selatan, cuaca cerah begini bisa melihat indahnya garis pesisir selatan Garut. 


Berkibarlah benderaku, abaikan dengkul sapa ituh ga jelas.


Lelahnya hilang, kenangannya akan tetap tersimpan.
 Turun gunung yuuuk, ini penampakan Tanjakan Roheng saat siang, mau seluncur ??!



Kece banget kan itu Tanjakan Roheng, hehe .... 




siap-siap ah untuk trip lanjutan ....