Tentang Saya

Jumat, 23 Oktober 2015

Gudeg Yu Djum

Ke sini bukan pilihan sendiri, travel yang mengantar ke sini untuk makan jumat siang. Yang istimewa, lokasinya di Jl. Kaliurang Km 4,5. Saya pernah kos dekat situ Sodara-sodara, tahun 1996 silam, saat menemani kakak kelas penelitian di Lab PAU UGM. Suasana dekat kampus, masih terlihat, dan semakin padat oleh kost-an. Ingat baheula. Dikit-dikit nostalgia
Ga pake acara memilih menu, semua pesanan sama untuk peserta. Ini tampilannya :


Gudeg (jenis) kering, krecek pedas, telor manis dan paha ayam yang (masih) bersambung dengan cekernya. Untuk penyuka gudeg ini enak banget, untuk yang sudah lupa masakan manis khas Jawa, perlu ekstra niat dan tenaga lebih untuk menghabiskannya. Sepulang tur di Merapi, dan jam makan siang sedikit terlewat, saya jadi lapar berat jadinya ya hantam saja tanpa malu-malu, teman di depan meja saya cuma makan nasinya doang, mungkin ga kuat dengan manisnya. 
Daripada belum tentu menemukan masakan yang sama di tempat lain (ogah rugi, alesan), saya mengunyahnya sambil membayangkan makan mentimun dan lalap-lalapan
biar segeran. Tulang paha dan ceker akhirnya terpisah, cuma dagingnya saja bertemu kembali di perut saya :D . Pake sendok garpu juga perjuangan loh (baca : sedikit alot). Diakhiri dengan minum teh yang (sangat manis), cukup membuat saya tambah manis



Kamis, 22 Oktober 2015

Bakmi Pele Yogyakarta

Malam terakhir di Yogyakarta, saya penasaran juga dengan Bakmi Pele ini. Terletak di pojok Alun-alun Utara Yogyakarta, di depan SD Keputran. Dari Hotel Inna Garuda ke situ, jalan kaki, niat pisan ya hampir 3  km sodara-sodara, sekalian mengantar teman belanja oleh-oleh, saya cuma ingin menikmati makanan. Sampai di situ jam 21.15 malam, masih banyak pengunjung yang menunggu pesanan dengan tetap sabar. Saya memutuskan beli mie nyemek, pilihan lain yang ada di situ bakmi goreng dan kuah, ada mie kuning dan bihun, ada juga magelangan (itu loh istilah nasgor campur mie). Minuman, mau beli wedang ronde kehabisan, jadilah wedang jahe saja. Menunggu pesanan diiringi lagu-lagu lama dari kelompok musik tak jauh dari situ, beneran berasa di Yogya, salah satu hal yang membuat Yogya terasa ngangeni. 

Saat pesanan tiba, itu setelah saya duduk manis 30 menitan, porsinya di piring benar-benar pas. Tak berlebihan, juga tidak membuat ingin tambah pesanan karena terlalu sedikit, hehe ... bisi rewog. Campuran mie dengan suiran ayam kampung, sedikit kuah yang bercampur telur bebek, maknyuus, pedas karena saya minta dibuat pedas saat memasaknya. Sepertinya saya pasti nyesal kalo ga ke situ :D 

Tampilan foto seadanya, dari HP cadangan yang sudah hampir kehabisan batre. Lumayan ya untuk mengabadikan saya pernah ke situ ... 



Untuk pesanan sepiring mie nyemek dan segelas wedang jahe, tidak sampai 30 ribu, masih ada kembalian tuh. 

Pulang ke hotel, malas jalan kaki lagi, lagipula kasian teman saya belanjaannya lumayan berat. Jadilah naik becak motor, 35 ribu.  



Selasa, 20 Oktober 2015

Kopi Joss

Di kawasan Tugu Yogyakarta, banyak ditemui penjual kopi ini. Yang paling enak yang mana, ga sempat nyari. Katanya yg dekat stasiun Tugu. Penasaran dan ga dapat yg direkomendasikan, akhirnya nyoba di  Kawasan Tugu Yogyakarta. Kopi tubruk diberi tambahan arang yang masih membara, rasanya pahit-pahit gimanaaaa gitu ... 




Ini Kawasan Tugu, mau difoto seperti dorong tugu, tapinya gak pas ... *nyengir. 



Senin, 19 Oktober 2015

Gudeg Pawon Yogyakarta

Sebelum berangkat ke DIY Oktober lalu, teman SMA saya memberi tahu untuk mencoba Gudeg Pawon ini. Sepulang mengunjuni De Mata dan De Arca di XT square saya
 bertanya pada Pak Satpam, daerah Janturan itu jauh tidak. Kata Pak Satpam, agak dekat dari XT square, bisa naik becak. Jadilah saya naik becak keluar dari dua museum kekinian di Yogya tersebut. Ongkos naik becak dari XT Square ke Janturan 20 ribu, Abang becak bilang di situ rame, tapi ko sepi ya. Ternyata jl Janturan no 36 sudah terlewati hingga balik lagi, ada plang nama tapi belum ada tanda warung buka, saat itu jam baru menunjukkan jam 20.30. Mau kembali ke hotel tanggung, penasaran. Akhirnya saya dekati rumah dengan plang ini walaupun menunggu perlu waktu 90an menit lagi : 


Setelah perut "makan angin" dan mata mulai mengantuk, dan belum mandi sore, kemringetan, inilah penampakan saya :D 



Bapak Pembuat minuman, menyuruh saya ke depan pintu, Ibu antrian no 1 katanya. Ada seorang bapak yg sudah ada di situ sebenarnya, tapi beliau datang saat saya tadi di becak terlewat. Bapak tersebut orang Jakarta, katanya kemarin malam sebelumnya sudah datang ke situ, tapi kehabisan, jadinya rela datang lagi karena putrinya minta makan di situ. Besok pagi sudah harus pulang ke Jakarta katanya. Halaaaaaah, membuat saya makin penasaran dengan gudeg ini. Si Bapak nanya saya, sendirian aja Neng ke sini ? Beranian yaa. Saya bilang, Yogya mah malam juga suasananya tidak menakutkan. Makin mendekati jam buka, antrian pembeli sudah mengular di halaman.

Jam 22.00 teng, tepat waktu, pintu pawon (dapur) dibuka, masuklah saya ke pawon ini. tampak dapur model jadul begini, asap dari kayu di perapian eh hawu (basa Sunda) membuat aroma dapur makin terasa. Begitu masuk, saya dilayani oleh seorang Ibu, ada 3 orang di situ, pembeli lain antri berdiri dengan tertib di belakang saya. 


Saya menilih nasi gudeg, krecek dan dada ayam. Hadeuuh bela-belain makan malam banget karena gudeg ini, mudah-mudahan perut tidak protes ya. Ini penampakan piring saya :




Untuk minuman, saya memilih Wedang Uwuh (minuman berwarna nge-pink dari rempah-rempah). Makanpun dimulai, eh ternyata itu gudeg biasa aja rasanya di lidah, bedanya lebih terasa segar karena baru matang, yang istimewa ya karena makan di pawon itu (catat). Eh bedanya lagi, kreceknya tidak bau f******n seperti di Bandung. Saya berlama-lama mengunyah, melihat orang lain yang juga makan di situ, sampai baju berbau asap. Selesai makan, bayar makanan dan minuman 30 ribu. Mau pulang ke hotel, terpaksa memesan taksi daripada ojek karena ga bawa jaket, keluarlah ongkos 60 ribu dari Janturan ke Malioboro. Ini sepertinya ongkos termahal untuk makan (becak + taksi) dan waktu terlama (nunggu 1,5 jam). Hahahaha, dasar, saking penasaran, tos ah. 


Museum De Arca Yogyakarta

Musium ini masih terletak di XT Square jl Veteran Yogyakarta. Bisa menggunakan tiket terusan dari Museum De Mata, di gedung sebelahnya. 



Berbeda dengan di Museum De Mata, di sini tidak ada Petugas yang memfoto pengunjung, kalo datang sendirian seperti saya, yaaa terpaksa menunggu pengunjung lain atau bergantian dengan pengunjung lain untuk mengambil foto. Ga keingetan sama sekali untuk bawa tongsis :)

Hasilnya begini ini :

Nanyain Eistein


Ketemu CR7

Menggandeng siapa nih?

Hitler patungnya begini

Nemani Soekarno baca koran

Bapak Soeharto dan Ibu Tien, sejak saya lahir sampai kuliah, presidennnya beliau.

Bapak Habibie dan Ibu Ainun

Jadi pembisiknya Gus Dur

Hulk

Iron Man dan Captain Amerika

Naaan ini Spiderman Pensiun di Yogya :)

Setelah duduk di Spiderman Pensiun, saya cepat-cepat keluar, jam 20.10 sudah berasa malam, pengunjung lain pun sudah keluar.  


Museum De Mata Yogyakarta



Namanya De Mata Trick Eye Museum. Dari jl. Malioboro saya naik bis no 3a, hingga Jl. Veteran. Terletak di basement XT Square, petunjuknya sangat jelas dan mudah dijangkau. Saya baru sampai situ jam 18.45, ih sepi banget. Saya bertanya ke Mbak petugas pendaftaran, dan ternyata ada tiket terusan untuk museum satunya lagi. Jadilah saya bayar tiket terusan, meskipun culang cileung, cuma ada 1 pengunjung saat saya masuk.


Ada petugas di bagian periksa tiket yang menyapa saya dengan ramahnya. Ibu datang sendirian ? iya kata saya. Mbak itu langsung menawari saya untuk memfoto, karena di situ cuma untuk foto-foto doang, difotoin, kalo selfie hasilnya kurang pas. Saya disuruh lihat contoh foto di bagian pojok latar belakang foto. Saya mah nurut aja, mudah-mudahan batre HP cukup eaaaa, ada 120 gambar menarik yang tentunya ga bakalan saya coba semua. Berhubung saat itu sepi, saya cukup beruntung ga pake antrian segala. Si Mbak yang take foto itu sabar banget, sambil menyusuri labirin, selain menawari di beberapa gambar paling menarik, juga sampai naik turun tangga untuk mengambil gambar terbaik. "model" nya aja yg ga pas difoto, hehe ...


Naik bambu bareng Panda. 


Menyebrangi papan kayu di atas lava.


Di atas ngarai.


Ikut menyundul bola.


Jalan-jalan di situ yg aslinya, ngareep. 


Hingga mencium Spiderman, xixixi. 

Puas-puasin foto ya di situ.



Minggu, 18 Oktober 2015

Artemy Italian Gelato (es krim) Yogyakarta

Diajak teman-teman ke kedai es krim (gelato) Artemy ini awalnya saya ga minat, soalnya ingin segera pergi untuk menemui teman tapi HPnya ko jadi lost kontak. Berhubung cuma sepelemparan batu dari Hotel Inna Garuda Jl. Malioboro dan udara masih terasa panas, untuk menghilangkan penat di perjalanan sepanjang  siang 18 oktober di Kereta Api dari Bandung ke Yogyakarta, jadilah saya ikut ke kedai Artemy di sebelah utara Malioboro Mall.  
Tampilan etalase es krim nya lumayan menggugah selera, sampai bingung memilih dan menanyakan ke penjaganya satu persatu varian rasa yang ditawarkan, untungnya mereka sabar menjawab. 


Jadilah saya memilih satu jenis dalam wadah cone, dimakan terasa manis dan lembut. Kalo ga salah saya pesan yang vanila apa cookies. Namanya niat nguliner, dicoba saja ya, meskipun untuk rasa dan teksturnya malah saya jadi kangen es krim favorit saya di Bandung, kenapa juga itu kedai es krim pindahnya ga ketahuan kemana, huhuhu ... Lah, bukannya menikmati yang di hadapan malah ingat yang lama :( 



Eh 1 scoop es krim dalam cone seharga 16.500. Bisa pesan beberapa scoops sekaligus, kalo muat di perut atau pesan rame-rame :)

Alamat :
Jl. Perwakilan No. 5 Yogyakarta
jam Buka : 10.00 - 22.00