Gara-gara pernah membaca postingan tentang Puncok Suroloyo di Jogjakarta, saya jadi ingin juga pergi ke sana, heee ,,,, di luar acara utama tour kantor ke Jogjakarta. Saat lihat itinerary tour, ada waktu luang pagi di Sabtu 23 Januari, saya pun mencari-cari jasa ojek wisata yang bisa mengantar saya ke sana. Sampai Jumat sore 22 Januari, dari 4 jasa ojek wisata yang saya hubungi, hanya ada satu yang membalas. Nah, ada tapinya nih, si Ojek yang bersedia ngantar saya, belum pernah ke sana katanya, dan dia tanya apa saya keberatan kalau sepanjang jalan dia nanya-nanya arah terus, kata saya ga apa-apa, sepakat dengan harga jasa antar pulang pergi, lalu saya minta dijemput jam 03.30 dini hari dari hotel Ibis Style. Si Bapak ojek, cukup sopan, dia bilang terbiasa mengantar tamu ke objek wisata yang sulit dijangkau angkutan umum, ternyata mereka punya pangsa pasar khusus juga.
Nah, Sabtu 23 Januari 2016, bangun jam 3 pagi, lalu mandi dan ganti baju. Pas mau berangkat, saya pamitan dulu dengan teman sekamar, takut kaget saya menghilang, hehe. Si Bapak Ojek sudah nunggu di seberang hotel. Ada 4 alternatif mencapai Puncak Suroloyo dari pusat kota, jadi pilih salah satu, jadinya jalur jl Godean. Menembus dinginnya udara, dan mampir di sebuah mesjid untuk sholat Subuh. Beberapa kali bertanya pada penduduk setempat, akhirnya semakin mendekai Suroloyo di Perbukitan Menoreh. Keindahan relief Perbukitan Menoreh, tampak seperti Patung Budha yang sedang tidur, sayangnya tidak bisa saya abadikan karena saya pakai kamera pocket dan HP biasa. Semakin mendekati lokasi, udara terasa semakin dingin.
Setelah melalui jalan yang mendebarkan karena melalui tanjakan terjal, belokan curam, kanan kiri bukit dan lembah akhirnya sampai di sana, langit sudah tampak terang. Alhamdulillah, saya bisa melihat indahnya sunrise di atas Perbukitan Menoreh.
Ada bukit lain yang banyak didatangi pengunjung, cuma kondisinya sangat terjal dan belum ada pagar pengaman permanen. Saya memilih ke Puncak Suroloyo yang memang jadi tujuan utama saya. Begini penampakan 250an anak tangga menuju Puncak Suroloyo, cakep kan ? Tinggi masing-masing anak tangga lebih dari 20 cm jadi lumayan harus niat banget menitinya. Membayangkan Raden Mas Rangsang di abad ke-18 berjalan kaki dari Kotagede ke Puncak Suroloyo untuk tapa ksatrian gimana ya beratnya.
Saya semangat untuk menaiki tangga ini, selain penasaran ke puncaknya juga sebagai latihan untuk trip berikut eh pekan depan, mau kemana eh kemana ?!
Bisa menikmati udara segar di ketinggian 1000 mdpl, jauh dari polusi, dan pemandangan yang menakjubkan. Pantesan banyak pengunjung lain sengaja datang ke situ.
Cahaya dari ufuk timur, menerangi perbukitan.
Semakin siang, di sebelah utara bisa kita lihat Gunung Sumbing dan Sindoro. Bila hari cerah, katanya bisa lihat Candi Borobudur.
Ada patung cantik di shelter ini, cuma sayang ada banyak coretan di sekitarnya, sayang sekali ya.
Pagar ini ada di shelter Puncak Suroloyo.
Ini saya sedang mikir suatu saat nanti apa saya bisa saya ampai ke Gunung Sumbing dan Sindoro di belakang sana ? Maauuu ....
Setelah puas menikmati Puncak Suroloyo, saya pun menuruni tangga, kios-kios di dekat pintu masuk baru buka. Ada patung-patung Punokawan di situ. Terbayang minum kopi panas dan warung yang jual kopi khas Suroloyo.
Kopi arabika Suroloyo ini bisa dinikmati hanya dengan 3000 rupiah, sayang si penjual sedang tidak punya stok untuk dibawa pulang jadi oleh-oleh.
Jadul style, ngopi pake cangkir kaleng dan tatakan keramik.
Perjalanan pulang jadi sangat menakjubkan, karena kita bisa lihat pemandangan pedesaaan di pegunungan. Penduduk yang memulai aktivitas pagi juga jadi pemandangan seru. Jangan lihat kiri, bila takut ketinggian, hehe ... naaah saat pulang itu, si Bapak Ojek cerita, dia terus terang sebenarnya takut ketinggian. Haa ??!! Pantesan pas berangkat dan lihat jurang yang curam dia mengendarai motor pelan banget, ternyata eh ternyata. Dia juga bilang, Ibu kok sampai tahu ada daerah ini, apa dari internet ? iya kata saya. Dia bilang rata-rata tamunya cari tempat yang sulit dikunjungi ya dari internet, nemu jasa dia juga dari internet. Yaa begitulah ...
Saya bisa melihat Gunung Merapi dan Merbabu dari arah Timur.
Sebenarnya saya ingin juga mengunjungi Kali Biru, tapi takut tidak cukup waktu. Jadi simpan dulu rencana itu, siapa tahu jadi ada alasan bisa ke Jogja lagi, haaa alasaaaaan. Pokoknya saya puas ke Puncak Suroloyo, segera pulang dan gabung kembali dengan rombongan. Jam 8 pagi saya sudah ada di hotel lagi, bisa menikmati sarapan, mandi lagi dan siap-siap lanjut tour lagi.