Kalo diingat-ingat kapan saya sebenarnya ingin ke Gunung Papandayan, mungkin sebenarnya tahun 2001 lalu. Beberapa kali melihat gunung tersebut saat ke daerah Cisurupan Garut, bahkan belum terlaksana juga saat keburu meletus tahun 2002 lalu.
Nah nah nah, seminggu sebelum akhirnya memutuskan ingin ke sana, lihat foto-foto postingan teman yang sedang berada di daerah kawah Gunung Papandayan, waw ,,,,, tuing tuing tuing langsung buka next trip di backpacker.com sampai menemukan Setapak Adventur yang akan buat trip ke sana, tanggal nya 2-3 Januari, ehmmm kebetulan atuh itu mah pas saya mau ulang tahun. Merasakan usia 40 tahun di atas gunung sepertinya mengasikkan. Sampai 3 hari sebelum berangkat, dari Setapak belum memastikan karena yang memastikan baru 3 orang, duh ... ngajak Hesti teman SMA tertarik, dan berharap banget Hesti bisa ikut. Sampai semalam sebelum berangkat, eh Hesti ternyata sakit dan tidak bisa ikut. Rencana ya jalan terus.
Pagi di tanggal 2 Januari, abis pamitan dengan sedikit dongkol karena telat berangkat, mana pake gojek yg pengendaranya lelet banget, akhirnya bertemu dengan tim dari Setapak Adv di Cileunyi, malu banget ya saya telat sampai. Masuk ke mobil elf, trus berusaha tidur tapi ga berhasil. Sampai Garut lumayan lancar kecuali di daerah Kadungora, biasa rada macet. Sesisi rombongan pada asyik masing-masing, mungkin karena belum pada kenal. Sampai di daerah Cisurupan, langsung menuju Camp David, aih rame sekali. Banyak wisatawan beragam usia. Setelah beristirahat, sholat dan makan di warung, milih nasi goreng telor, harga bersahabat dan terjangkau sampai jadi kasian dengan penjualnya. Sekalian beli air panas utk ngisi termos, emak-emak apa jalan-jalan kudu minum air panas ya, nggak laaah ,,, cuma penghangat perut (alesan :p). Foto dulu sebelum naik gunung ya, ini di depan warung.
Naaaah, melewati Camp David lalu masuk ke ke arah Kawah Gunung Papandayan, baru sampai lokasi kawah lalu kabut pun turun ,,, gelap dah, ga bisa foto pemandangan. Jadi fokus ke jalan, jangan sampai saya ketinggalan teman-teman. Mulai berasa dan ingin nyanyi naik-naik ke puncak gunung ,, abaikan ... Kenapa juga ga olahraga dulu beberapa hari eh minggu sebelumnya. Hee ...
Tuh ransel merah ribet ya bawa sleeping bag yang besar.
Foto dulu di sekitar kawah, saat kabut mulai berlalu.
Setelah melewati jalan setapak, dan hujan. Sampailah di Pondok Saladah, camping area di Gunung Papandayan, terkejut-kejut melihat ada banyak warung. Tau gitu sepertinya tidak perlu bawa bekal ya ...Setelah tenda berdiri, dan badan mulai gatel minta mandi sore, eh ngiler lihat cilok. OMG, berapa lama ga makan cilok ya, beli aja daripada ngences :p Cilok yang layak diabadikan, tak ada kue ultah, yang ada cilok dan dibeli di atas gunung, super sekali itu cilok ultah.
Sebentar gerimis sebentar reda, begitu magrib saya memutuskan mandi !!! Bukan takut teman setenda bau tapi takut ga bisa tidur. Ajib lah, di Pondok saladah memang ada MCK, ga takut kurang air, setelah mandi di MCK pake headlamp (biar ga gelap), dinginnya air gunung berrrrrrr .... setelah mandi, wudhu, lalu ke mushola, Alhamdulillah seger. Tinggal menikmati kempingnya. Terakhir saya kemping tuh kapan ya ? Kalo ga salah saat kuliah naik Gunung Ungaran Semarang. Setelah berusaha tidur karena terganggu suara dengkur dari tenda lain, jarak belasan meter, akhirnya bisa juga terpejam. Jam 1 an malam, terbangun lagi karena suara teman yang ingin melihat hamparan bintang di langit, Subhanalloh indah sekali.
3 Januari 2016.
Bangun jam 4 pagi lalu ke MCK, nekat mandi (lagi) lalu ganti baju dan antri sholat subuh di mushola. Setelah sholat eh ketinggalan celana panjang yang baru diganti :( nyadarnya pas mau berangkat ke Tegal Alun.
Setelah rombongan berkumpul lalu, siaplah berangkat ke Hutan Mati. Saya terpesona oleh keindahan ciptaan-Mu Ya Allah, ingin nangis rasanya ...
Melihat sunrise di Hutan Mati, lalu foto-foto. Eh apa foto-foto dulu baru lihat pemandangan utuh ...
Kepulan asap dari Kawah terlihat dari bawah.
Berdiri di atas tonggak kayu.
Hutan Mati ini karena pohon-pohon terkena lava dari letusan tahun 2002 lalu. Pemandangannya dramatis menakjubkan.
Foto seru bareng teman-teman rombongan. Sudah kenal semua ya setelah semalam cerita di tenda. Coba lihat mana yang usia 40 ? hehe ...
Nah dari Hutan Mati, kita menuju ke Tegal Alun, saya penasaran dengan Pohon Edelweis, ingin segera sampai, tapi sebelumnya harus melalui dulu Tanjakan Mamang, namanya lucu ya. Apa karena umuran mamang-mamang aja yg lewat situ dengan mudah.
Tanjakan mamang memiliki kemiringan 70 derajat dan bisa
ditempuh sekitar 15 menitan. Perlu tekad yang kuat untuk melihat Edelweis.
Tenaga juga harus kuat ya, fokus pada tujuan saja, pasti kuat.
Saya ambil foto dulu di Tanjakan Mamang, tampak pemandangan dari sekitarnya.
Tanjakan mamang memiliki kemiringan 70 derajat dan bisa
ditempuh sekitar 15 menitan. Perlu tekad yang kuat untuk melihat Edelweis.
Tenaga juga harus kuat ya, fokus pada tujuan saja, pasti kuat.
Saya ambil foto dulu di Tanjakan Mamang, tampak pemandangan dari sekitarnya.
Sampai di Tegal Alun, disambut pohon-pohon Edelweis, ingat-ingat cukup diabadikan gambarnya jangan sampai dipetik. Hamparan seluas 84 ha di ketinggian 2665 m dpl.
Edelweis ternyata tinggi ya. Kuncup-kuncup edelweis baru muncul. Harus tahu tuh kapan mekarnya, siapa tahu ke situ lagi.
Ada telaga kecil yang biasanya kering di musim kemarau.
Mungkin suatu saat saya ke sana lagi ya ...
Kembali ke Pondok Saladah, menuruni Tanjakan Mamang, terasa lebih mudah. Kayaknya kurang "afdhol" kemping tanpa makan mie, hehe ... saya makan pure kentang instan pedas di depan tenda, sebelum bersih-bersih.
Setelah tenda dan perlengkapan beres semua, jam 11.30 saatnya pulang meninggalkan Pondok Saladah. Hebat ya Fikri, anak sekolahan yang jadi crew Setapak, badannya kecil bisa bawa 4 tenda sekaligus. Saat pulang, di jalur yang agak sulit dilalui, saya ga malu minta teman bawa sleeping bag saya, kan sudah kenal, eh karena ditawari bantuan, alhamdulillah ,,, jadi bisa rada santai dan foto-foto. Jas hujan jadinya dipakai bongkar pasang terus karena gerimis dan reda bergantian cepat sekali.
Naah saat kembali melewati kawah, cuaca jauh lebih cerah dibandingkan kemarin.
Sampai di Camp David jam 14an. Mandi, sholat, ngemil siap pulang ke Bandung. Perjalanan yang sangat menyenangkan, meskipun elf yang kami tumpangi harus ke bengkel dulu ...
Aduh keren banget...
BalasHapusAduh keren banget...
BalasHapus