Saya ke sini, karena penasaran dengan saran teman saya. Katanya ada sop buntut yang enak dekat dengan Mesjid Cut Meutia. Setelah googling, jam buka hanya siang, jarang sampai sore karena cepat habis, waduh.
Jadilah pas jam rehat siang saat rapat di Hotel Akmani Jl KH Wahid Hasyim saya menyempatkan ke sini. Pakai bajai pp biar cepat, walaupun jarak cuma sekitar 900m. Bela-belain :)
Tampilan warungnya memanjang, dengan banyak pintu. Ramai saat jam makan siang, bila penuh harus nunggu pengunjung lain selesai makan ... sabaaar.
Nah kan, nama warungnya Sop Buntut Semoga (Hj. Nurjanah), di Menteng kecil No 4/5. Lebih dikenal Sop Buntut Cut Meutia karena letaknya dekat dengan Mesjid Cut Meutia, jadi lebih mudah dicari. Katanya sudah ada sejak tahun 1970-an.
Pesanan saya datang, begini kelengkapannya : 1 mangkuk sop buntut, 3 buah perkedel kentang, dan nasi putih. Ada pilihan menu lain, tapi tak terbayang kenyangnya bila makan sendirian.
Ciri khas sop buntut di sini, daging buntutnya kemerahan ! Bukan karena pewarna, tapi karena lamanya proses masak, berapa jam ya sampai empuk begitu. Kuah kaldu bening, agak sedikit asam, dengan potongan sayur kol. Berbeda dengan sop buntut lain yang pernah saya coba, sop buntut ini tidak terlalu banyak rempah, kaldunya malah terasa ringan dan pas dinikmati di siang hari. Saya tidak berani menambah sambal, takut mengubah rasa asli kaldu sopnya.
Begitu digigit, daging buntut langsung rontok dari tulangnya, empuk & lembut banget :)
Beneran, saya pasti nyesal kalo tidak menyempatkan ke sini (alesan).
Bayar 45 ribu untuk 1 porsi + teh tawar, kembali ke tempat rapat pake bajai (lagi). Perut kenyang, hati senang, hehehe ....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar